Sentra kerajinan Lopait: Panen besar saat mudik Lebaran - desa lopait
Headlines News :
Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Sentra kerajinan Lopait: Panen besar saat mudik Lebaran

Sentra kerajinan Lopait: Panen besar saat mudik Lebaran

Written By Unknown on Kamis, 24 Januari 2013 | 02.58


Jelang Lebaran, para pedagang di sentra penjualan kerajinan tangan dan alat kebutuhan rumah tangga Lopait bisa tertawa lebar. Mereka kebanjiran pembeli. Kemacetan panjang kendaraan pemudik yang melintasi jalan alternatif yang menghubungkan wilayah Semarang-Solo tersebut membawa berkah bagi pedagang di Lopait.

Ruas sempit Jalan Fatmawati , Semarang, selalu diwarnai kemacetan. Sebab, banyak pedagang kerajinan tangan dan alat-alat rumah tangga menggelar dagangannya di ruas ini.

Volume kendaraan semakin bertambah padat dan memperparah kemacetan saat menjelang Lebaran. Maklum, jalan ini menjadi jalur alternatif Semarang-Solo. Ruas ini juga menjadi akses menuju berbagai lokasi rekreasi, seperti Rawapermai dan Pasar Industri Kecil dan Kerajinan (PIKK). Tak pelak, antrean kendaraan makin panjang.

Kemacetan ini jelas membuat para pengemudi atau penumpang acap hilang kesabarannya. Namun para pedagang barang kerajinan dan alat rumah tangga Lopait justru senang menyambut kemacetan arus mudik. Saat itu, banyak orang yang berhenti di Lopait untuk beristirahat sejenak sembari menunggu terurainya kemacetan di jalan raya. Situasi ini menjadi kesempatan para pedagang di sentra perkakas Lopait menawarkan dagangannya.

Biasanya, pada musim mudik Lebaran, para pedagang di sentra Lopait mendapat limpahan rezeki. Seorang pedagang kerajinan bisa mendapatkan omzet Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari.

Karena itu, satu bulan menjelang Lebaran, para pedagang ini menambah stok satu hingga dua kali lipat. Ini untuk mengantisipasi lonjakan para pemudik. "Saat itu, saya bisa menghabiskan uang Rp 500.000 sekali belanja stok," ujar Ngateni, pedagang di Lopait.

Asnah, pedagang barang kerajinan dan alat rumah tangga lain menambahkan, puncak keramaian untuk berdagang adalah lima hari menjelang Lebaran hingga satu minggu setelah Lebaran usai. "Jadi, biasanya saya ambil cuti dua hari, saat Lebaran pertama dan kedua saja," ujar Ngateni.

Saat itu, dagangan Ngateni yang banyak diburu oleh pembeli adalah produk kerajinan yang terbuat dari gerabah. Adapun dagangan Nuryanto yang laris diserbu pembeli adalah wajan alias penggorengan. "Pembeli yang datang kebanyakan dari luar kota," imbuh Nuryanto.

Suprapto, seorang pengunjung Lopait, misalnya, berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Ia sengaja menyempatkan diri mampir ke Lopait untuk membeli oleh-oleh bagi keluarganya. "Dengan kualitas standar, harga yang ditawarkan pedagang Lopait lebih murah ketimbang di kampung saya," ujar dia kepada KONTAN.

Namun, musim hujan menjadi kendala bagi pedagang ini. Banyak orang yang enggan mampir ke Lopait saat hujan tiba. Mereka memilih bertahan di dalam mobil sambil menunggu kemacetan. Kalau sudah begini, para pedagang hanya bisa berharap hujan berhenti.

Selain itu, musim hujan juga menyebabkan para pedagang ini lebih sibuk. Barang kerajinan yang berbahan kayu dan lempung rentan terhadap hujan. "Kami harus tutup buka kerudung kalau hujan turun," ujar Nuryanto. Hal lain yang membuat mereka was-was adalah rencana pemerintah daerah yang akan melebarkan jalan raya yang menghubungkan Semarang-Solo, termasuk ruas Tuntang, Lopait. Bila terlaksana, lokasi berdagang bakal tergusur pelebaran jalan.

Rencana pelebaran itu pula yang sempat membuat niat Suminah maju mundur membuka lapak di Jalan Fatmawati. "Saya sempat ragu, antara sesudah dilebarkan atau sekarang," ujarnya. Lantaran tak kunjung terlaksana rencana pelebaran jalan itu, Suminah nekat membuka lapak kerajinan dan beragam perkakas rumah tangga.

Mereka berharap bila kelak jalan benar-benar dilebarkan, pemerintah daerah menyediakan lahan yang menjadi sentra dagang kerajinan dan perkakas rumah tangga. Selain harus strategis atau dekat dengan jalan raya, tempat itu juga harus memiliki lahan parkir.

Agar para pedagang di Lopait bisa ikut membeli lapak, mereka berharap ada pinjaman modal dengan bunga yang ringan. "Jangan bank-bank pinggir jalan yang bunganya melangit," begitu harapan Nuryanto.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. desa lopait - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya